TINJAUN KRITIS TERHADAP PRROSES HUKUM PENCERAIAN GUGAT TALKIK THALAK

ABSTRAK
I S H A Q:TINJAUA KRITIS TERHADAP PROSES HUKUM PENCERAIAN GUGAT TALKIK THALAK[Studi tentang putusan pengadilan agama kabupaten kuningan perkara Nomor:449/Pdt.G/2007/PA KNG]

Gugatan untuk bercerai kerap terjadi pada masyarakat bila mana tujuan dari pernikahan tidak tercapai.Hak-hak perempuan tertuang dalam sighat taklik thalak yang harus di patuhi oleh seorang suami bila bersedia mengucapkannya.Kasus pelanggaran taklik thalak yang mengakibatkan gugat cerai seorang isteri yang di proses oleh pengadilan agama kabupaten kuningan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelanggaran taklik thalak yang mengakibatkan gugat cerai pada perkara No. 449/Pdt.G/2007/PA KNG.Untuk mempermudah gambaran data tentang proses perceraian gugat taklik thalak yang terjadi di lingkungan pengadilan agama kabupaten kuningan,untuk mengetahui keabsahan putusan pengadilan agama dalam perkara gugat taklik thalak dan mengetahu perbedaan antara khulu dengan thalak roj'i.
penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa pengadilan agama dapat di sebut sebagai lembaga untuk terjadi atau tidaknya perceraian.perceraian hanya akan terjadi bila majlis hakim berpendapat bahwa telah terpenuhinya segala ketentuan hukum yang di persyaratkan.
metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan metode studi dokumenter.analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan kuantitatif .
dari analisis dan pembahasan tersebut maka di peroleh kesimpulan:suami terbukti melanggar taklik thalak yakni poin 1,2, dan 4 sehingga gugatan cerai yang di ajukan penggugat dapat dikabulkan oleh majlis hakim.proses peradilan dalam perkara ini sesuai prosedur yang berlaku,sehingga tidak menyulitkan dan tidak mengulur waktu.putusan pengadilan dinyatakan absah karena akta cerai telah di terbitkan dan mempunyai kekuatan hukum,sehingga terjadi perceraian.tidak ada rujuk dan khulu karna merupakan thalak ba'in ,thalak roj'i memungkinkan suami merujuk selama dalam masa 'iddah.